Sepatu atau sandal adalah bagian penting dari style fashion anda. Banya sekali sepatu yang kini dikembangkan oleh designer-designer sepatu terkenal di dunia. Namun, apa jadinya bila Anda memakai sepatu-sepatu unik ini?
1. Okobo (Jepang, abad 18 – sekarang)
1. Okobo (Jepang, abad 18 – sekarang)
Alas
kaki ini disebut juga dengan bakiak. Geisha magang atau maiko
mengenakannya bukan demi alasa fashion semata, namun juga untuk alasan
praktis. Pasalnya, wanita penghibur Jepang itu selalu mengenakan kimono
(pakaian khas Jepang) yang mahal. Mereka tak mau pakaian kotor terkena
lumpur jalanan.
Okobo
dibuat dari sebatang kayu yang dibentuk menyerupai tapak sepatu.
Biasanya kayu tersebut diselesaikan apa adanya, namun banyak juga yang
bahkan tak dipernis sama sekali.
Selama
musim panas, maiko biasanya mengenakan Okobo hitam yang telah dipernis.
Tinggi sepatu Okobo umumnya mencapai 14 cm, dan sol kayunya diukir
cekung, sehingga menimbulkan bunyi tersendiri ketika dipakai berjalan.
Faktanya,
kata Okobo sendiri diambil sebagai perwakilan dari bunyi yang timbul
saat sepatu dipakai jalan. Bentuk tali A V (mirip sandal jepit) biasanya
dipilih, sedangkan warna talinya disesuaikan dengan status maiko. Untuk
maiko baru akan mengenakan Okobo tali merah, sedang yang hampir
menyelesaikan magangnya menggunakan tali kuning.
2. High heel untuk pria (Eropa, tahun 1700-an)
Tahun
1700an, stoking menempati posisi yang sama pentingnya dengan sepatu
bagi para pria di Eropa. Sebab fashion saat itu berfokus pada kecantikan
area tubuh bagian bawah.
Saat
‘demam’ penampilan kaki ramping tiba-tiba mewabah, Louis XIV kemudian
tampak mengenakan sepatu high heel bersol merah. Dan tentu saja, ketika
sang raja mengenakannya, maka tak lama kemudian seluruh rakyat pun turut
mengikuti tren tersebut.
3. Kabkabs (Libanon, abad 14-17)
Perak
yang menghiasi cekungan kayu, itulah arti sederhana Kabkabs atau nalins
yang pernah dipakai wanita Timur Tengah untuk melindungi kaki mereka
dari kotornya debu dan lumpur jalanan. Bagi mereka yang kaya raya,
seringkali sepatu kayu ini dihiasi dengan mutiara. Dengan tinggi hak
beberapa inci serta sulaman kulit, sepatu ini biasanya dibikin dengan
tali pengikat yang terbuat dari sutra atau beludru.
Nama
Kabkabs sendiri diperoleh dari bunyi yang ditimbulkan alas kaki ketika
dipakai berjalan di atas lantai marmer. Bagian atasnya disulam dengan
perak, emas, atau kawat pewter (campuran timah putih dan hitam). Untuk
acara khusus seperti pernikahan, cekungan kayu tersebut biasanya dihiasi
seluruhnya dengan perak. Sedangkan secara sosial, sepatu ini hanya
dipakai oleh kaum wanita saja.
4. Sepatu kulit pohon
Pada
permulaan abad 20, para wanita mengenakan kulit kayu sebagai alas kaki
sehari-hari, tentunya dengan lapisan kain pada bagian dalamnya. Tak
hanya itu, kain juga digunakan untuk melindungi lapisan kulit sepatu
dari hujan, lumpur, dan salju.
Biasanya
sepatu ini dibuat dari kulit pohon Birch, namun bisa juga dari kulit
pohon kapur atau linden (daunnya berbentuk hati). Norwegia, Swedia, dan
bahkan Rusia memiliki versi masing-masing untuk jenis sepatu ini. Masa
hidup sepatu kulit pohon tersebut biasanya hanya sekitar 1 minggu saja.
5. Chopines (Italia, 1580-1620)
Hanya
sedikit museum yang menyimpan Chopines asli. Meski debutnya dimulai
sejak masa renaissance, namun banyak wanita Italia yang masih
mengenakannya hingga permulaan abad 17.
Seperti
Okobo Jepang, Chopines juga memiliki tingkat kepraktisan tinggi. Tujuan
utama penggunaan sepatu ini adalah agar penggunanya tampak menyolok
sebab mampu ‘mengangkat’ tubuh pemakai hingga 18 cm lebih tinggi.
Sepatu
bernilai mahal ini dibuat dari kayu yang dilapisi sutra lembut atau
beludru. Selain itu, alas kaki ini biasanya juga dipermanis dengan
penambahan renda perak, paku payung, dan sulaman sutra.
6. Padukas (India, tahun 1700-an)
Padukas
termasuk alas kaki tertua dan mewah di India. Lebih dari sekedar sol
dengan tonggak dan kenop, alas kaki ini umumnya dibuat dari bahan perak,
kayu, besi, atau bahkan gading.
Dari
lembah Bethmale (sebelah selatan kota Saint Girons, distrik Ariege),
muncullah sepatu pengantin unik ini. Dibuat dari sebongkah kayu yang
diambil dari pohon walnut beserta akarnya, para pria biasa menciptakan
sepatu ini untuk calon pengantinnya kelak. Dikatakan bahwa semakin
tinggi ujungnya, maka semakin besar pula rasa cinta sang pria pada calon
istrinya.
8. Ballet boot (1980an-sekarang)
Alas
kaki kontemporer ini mulanya dipakai sebagai jimat saja. Namun seiring
waktu berjalan, alas kaki ini semakin terkenal dalam dunia fashion,
khususnya Jepang.
Struktur
sepatu ini mirip dengan sepatu balet yang dibumbui dengan hak super
tinggi, sehingga tercipta kesan bahwa pemakainya dipaksa untuk berjinjit
setinggi mungkin seperti yang dilakukan para balerina saat sedang
menari.
Ballet boot ini memperoleh popularitasnya pada tahun 1980an, dan sekarang tersedia di seluruh dunia.
9. Sepatu kuncup teratai (China, abad 10-tahun 2009)
Tradisi
Han di China yang mengharuskan kaki wanita diikat sehingga tampak kecil
seperti kuncup teratai ini berlaku selama ribuan tahun. Sepatu dari
wilayah utara, khususnya Beijing, memiliki bentuk mangkuk, dengan sol
super cekung.
Sebagai
bagian dari mas kimpoinya, seorang wanita akan membuat beberapa pasang
sepatu sebagai bukti bahwa ia mampu menjahit. Setelah menikah, mempelai
lalu membagikan sepatunya pada saudari ipar dalam upacara khusus.
Untunglah kejayaan sepatu mungil tersebut telah berakhir…
10. Sepatu Armadillo
Armadillo
sendiri berarti binatang pemakan serangga. Baru-baru ini, di tahun
2010, Alexander McQueen meluncurkan satu set sepatu armadillo yang
kemudian dipopulerkan oleh Lady Gaga dan beberapa selebriti lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar